“Jauh-jauh ke Belanda akhirnya naksir pemuda Jogja juga? Keterlaluan sekali! Kalau Sasmita tahu, dia pasti meledekku,” gumam Anggi lagi.
Lalu ia menertawai dirinya sendiri.
“Oh…apalagi jika Ragil dan Laras tahu…ah, mereka pasti akan menertawaiku habis-habisan,” lanjut Anggi bicara pada dirinya sendiri.
Bisikan musim gugur, daun-daun berubah warna, berjatuhan diterpa angin. Seperti rasa ini, yang jatuh ke sudut hatimu
Salju pertama, saat hamparan putih membekukan, dan selarik cinta di sudut hati semakin menghangatkanku
Takdir membawaku kembali padamu. Saat kau tawarkan keceriaan dalam kebersamaan mengayuh sepeda beriringan menyusuri Kota Leiden.
Semarak bunga tulip warna warni di Keukenhof menebarkan aroma cinta. Hanya kau dan aku, jangan pedulikan orang ketiga di antara kita.
Bermula di Jogja, bermuara di Amsterdam. Perjalanan cinta Anggi yang jatuh pada Ryuga. Musim berganti, akankah cinta Ryuga pada Anggi turut berganti? Cinta jua, yang membuat Anggi kembali ke Jogja, berharap disambut senyum menawan kekasih hati. Namun harapan tinggal harapan. Kembali ia menjalani hari-harinya yang sendiri di Amsterdam. Sampai di suatu hari tak terduga, Ryuga kembali hadir...
“Ik hou van je. Aku mencintaimu...”
Kali ini ucapan itu terdengar meyakinkan.
oOo
Senyum Anggi merekah, dengan penuh percaya diri ia menghampiri Ryuga dan Pieter. Dua lelaki itu berdiri berdampingan. Dua-duanya memiliki binar mata yang sama saat keduanya memandangi Anggi. Binar mata yang membuat Anggi heran, mengapa kedua lelaki itu tampak senang sekali melihat kedatangannya?
“Anggi!”
“Enji!”
Ini hal kedua yang membuat Anggi tersenyum. Kedua lelaki itu menyebut namanya berbarengan, tetapi Ryuga memanggilnya Anggi sedangkan Pieter memanggilnya Enji. Dan kini kedua lelaki itu yang tampak sama-sama heran kemudian saling pandang.
“Goede morgen, Pieter, Ryuga,” balas Anggi seraya tersenyum menahan geli.
“Kalian saling kenal?”
Lagi-lagi kedua pemuda itu mengucapkan kalimat yang memiliki arti sama secara berbarengan tetapi dalam bahasa berbeda, Ryuga dalam bahasa Indonesia, sedangkan Pieter dalam bahasa Belanda. Kali ini Anggi tak kuasa menahan tawanya menyaksikan tingkah kedua pemuda itu.
oOo
“Berhari-hari aku memandangi lukisanku A Girl From Jogja, dan kemudian sadar, aku jatuh cinta pada lukisanku sendiri. Aku menyukaimu, Enji. Enji, maukah kau menjadi kekasihku?”
Jantung Anggi berdetak lebih cepat. Siapa yang sanggup menolak lelaki seindah Jayden? Serta sikapnya yang romantis? Anggi merasa ia pasti sudah gila, saat beberapa detik kemudian ia menjawab,
“Ya, aku mau menjadi kekasihmu, Jayden.”
Kemudian Anggi merasakan dunia seolah berhenti berputar selama beberapa menit.
oOo
Amsterdam Ik Hou Van Je, artinya Amsterdam Aku Cinta Kamu.
Kisah Anggi, gadis Jogja yang berkesempatan tinggal, belajar dan bekerja di Belanda. Terinspirasi kisah sepupuku yang kini telah tinggal di Belanda selama 19 tahun lamanya. Di dalam novel ini juga ada beberapa kosakata Belanda untuk semakin memperkuat kesan Belanda dalam kisahnya. Ditambah data referensi tentang negeri Belanda dari beberapa sumber.
Informasi tentang Belanda kudapatkan dari cerita sepupuku Nany Rahayu yang tinggal di sana. Namun ada beberapa data yang menurutku perlu kutambahkan, karena itu aku memang menambahkan data referensi untuk tempat dan benda yang kudapatkan dari berbagai sumber. Seperti tentang taman bunga Keukenhof, tentang kereta Thalys, yang memang kereta berwarna merah, aku pun telah melihat fotonya, tentang sepeda, tentang perpustakaan Leiden dan tentang gedung-gedung yang ada di Belanda. Ada yang memberi masukan caraku mencantumkan data referensi kurang tepat. Kelak di cetakan berikutnya, kekurang-sempurnaan tersebut akan kuperbaiki. Terlepas dari itu, novel ini masih dapat dinikmati. Terbukti dari testimoni beberapa pembaca yang telah membaca buku ini dan menyukai cerita novel ini.
Perjuangan Anggi, terinspirasi dari perjuangan sepupuku Nany Rahayu, hingga akhirnya bisa sukses hidup di Belanda. Kisah Anggi kuramu dengan imajinasiku, kutambahkan kisah romantisme antara Anggi dengan Jayden Merkel, Pieter de Boer dan Ryuga Abimanyu.
Goede morgen... selamat pagi...
Ik mis je ... aku merindukanmu ...
meneer, mevrouw, meisje... tuan, nyonya, nona.
ik zal nooit opgeven ... aku tak akan menyerah
Dank u wel ...terima kasih
Beberapa kosakata Belanda tersebut di atas berdasarkan referensi dari sepupuku Nany Rahayu, yang sudah sangat fasih berbahasa Belanda. Aku juga menanyakan padanya, peribahasa apa yang terkenal di Belanda? Aku masukkan juga itu ke dalam novelku ini.
Ini sedikit kutipannya :
“Entah bagaimana aku bisa membalas kebaikan papa dan mama. Aku masih tak mengerti mengapa papa dan mama baik sekali padaku?” ucap Anggi seraya digenggamnya erat kedua tangan Nyonya Mirthe, lalu ia pindahkan ke atas pangkuannya.
“We goed doet, goed ontmoet,” sahut Nyonya Mirthe seraya membalas senyum Anggi.
“Apakah itu artinya, Ma?” tanya Anggi sembari memiringkan sedikit kepalanya, menunggu penjelasan Nyonya Mirthe.
“Jika kita berbuat baik pada orang lain, kebaikan juga akan datang kepada kita. Aku senang bila hidupmu nanti menjadi lebih baik. Kamu bisa bekerja di tempat yang bagus dan mendapat gaji yang banyak, kamu bisa mengirim uang untuk membantu biaya hidup ibu dan adikmu di Jogja,” jawab Nyonya Mirthe menjelaskan makna pepatah bijak bangsa Belanda yang tadi diucapkannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar