Sabtu, 23 November 2013



BAWA PERUBAHAN: Mario Wuysang (kiri) akan menjadi leader CLS Knights Surabaya saat melawan Satria Muda Jakarta. Dengan kecepatannya, Vamiga Michel bisa menyusup ke pertahanan CLS. (Foto: Farid Fandi/Jawa Pos)
nblindonesia.com - 23/11/2013
Paksa Terus Berlari
CLS Knights Surabaya dan Satria Muda Britama Jakarta mengalami nasib serupa di Speedy NBL Indonesia 2013-2014. CLS maupun SM sama-sama mengganti pelatihnya. Itu berarti sistem, skema, dan pendekatan permainan dua tim mengalami pergeseran.

CLS kembali memakai jasa pelatih asing season ini dengan mengontrak arsitek asal Korea Selatan Kim Dong-won. Sementara itu, SM merekrut pelatih muda Cokorda Raka S. Wibawa.

Mr Kim -panggilan Kim Dong-won- menyuntikkan gaya permainan Korea. Dia mengandalkan permainan cepat, bertumpu kepada kemampuan mencetak angka barisan guard.

Pada awal musim reguler ini, CLS bersama Mr Kim cukup menjanjikan. Kedatangan Mario Wuysang membuat CLS seolah berubah menjadi tim yang tidak terkalahkan, membabat Garuda Kukar Bandung pada laga perdana dengan skor telak 82-61 (16/11).

Namun, ternyata CLS rapuh. Saat akurasi tembakan menurun, CLS menjadi tim biasa saja. Buktinya, CLS keok dua kali beruntun melawan Pelita Jaya Energi Mega Persada Jakarta dan Hangtuah Sumsel IM.

''Kami memang masih belum kompak,'' ujar Mr Kim. ''Kami perlu banyak berlatih lagi. Apalagi, Mario Wuysang juga belum menyatu. Dia baru bergabung sebulan dengan tim ini,'' imbuh pelatih berusia 65 tahun itu.

Mr Kim menegaskan bahwa SM adalah tim yang sangat tangguh. Tim tersebut berisi pemain-pemain hebat. Kalau di lihat dari daftar pemain, SM mungkin adalah tim terkuat di Indonesia saat ini.

Absennya power forward Vinton Nolland Surawi yang diskors lima pertandingan karena menyikut Gian Gumilar (Satya Wacana Metro LBC Bandung) (19/11) tidak terlalu mereduksi kekuatan SM. Sebab, di sana masih ada Rony Gunawan, Agustinus Indrajaya, plus dua big man muda Kevin Yonas dan Riza Setyo.

Kalah di posisi big man, CLS seharusnya bermain dengan cepat dan terus bergerak (moving) untuk mengacaukan defense SM yang bertumpu kepada double center.

CLS merupakan tim terbaik di Indonesia dalam hal transisi antara defense ke offense. Fast break (atau second break) menjadi andalan CLS untuk membunuh lawan-lawannya. Itu yang harus dimanfaatkan.

Satu lagi, akurasi tembakan CLS haruslah tinggi. Jika persentase shooting buruk dan field goal rendah, CLS hampir bisa dipastikan kalah. Jika CLS bermain lambat, besar kemungkinan mereka juga akan disikat SM.

Karena kalah secara materi pemain, Mr Kim tidak mau ambil risiko dengan bermain zone defense. Sebab, jika sistem itu menjadi pilihan, big man SM akan merajalela. Man-to-man marking menjadi pilihan agar skema jaga-bantu (help-recovery) tim terjaga. ''Tidak perlu luar biasa. Kalau main normal saja, kami bisa menang,'' ucap Andrie Ekayana, guard flamboyan CLS.

Sementara itu, di bawah kendali Cokorda Raka ''Wiwin'' S. Wibawa, SM lamat-lamat sudah menemukan kekompakan. Sebagai pelatih yang dulu berposisi sebagai center, mindset permainan SM di bawah Wiwin adalah set-play, lambat, namun efisien dalam mencetak angka.

''Small man CLS sangat bagus. Saya kira mereka yang lebih diandalkan. Absennya Vinton tentu berpengaruh dalam defense dan scoring. Dia adalah pemain inti kami,'' tandas Wiwin.

Pada akhirnya, pemenang laga ini adalah tim yang bisa membuat lawan mengikuti cara main mereka. Jika CLS memaksa SM bermain cepat, CLS bakal menang. (nur/c4/ang)

Small Man versus Big Man

Duel CLS Knights Surabaya melawan Satria Muda Britama Jakarta malam nanti adalah pertemuan dua tim dengan kekuatan kontras. CLS sangat mengandalkan small man, sedangkan SM kuat di big man. Dengan perbedaan tersebut, laga bisa berlangsung sangat seru. Berikut duel kunci kedua tim:

Andrie Ekayana (CLS) v Amin Prihantono (SM)

Keduanya memiliki kemampuan shooting yang sangat bagus. Namun, Yayan -panggilan Andrie Ekayana- lebih cepat, lincah, dan punya kelenturan tubuh lebih baik. Namun, jika Amin dilepas dalam kondisi ruang tembak yang kosong, kiamat untuk CLS.

Dwi Haryoko v Rony Gunawan

Tipikal kedua pemain ini nyaris sama. Dwi dan Rony memiliki kemampuan yang komplet sebagai center. Permainan bawah ring oke, tembakan mendium juga baik. Namun, Rony lebih taktis, akurat, dan efektif. Sedangkan Dwi unggul dalam kecepatan.

Mario Wuysang v Vamiga Michel

Duel dua pemain beda generasi. Vamiga adalah representasi permainan lambat SM. Gerakan Vamiga juga sering tidak efektif. Kelebihan Vamiga adalah rentang tangan yang panjang, berguna dalam steal dan defense. Sementara itu, Mario Wuysang bisa membawa perubahan. Visi permainannya masih luar biasa. Tembakan Wuysang juga tetap bagus.

Story Provided by Jawa Pos

Tidak ada komentar:

Posting Komentar