Sabtu, 23 November 2013



LABIL: Guard Pelita Jaya Energi Mega Persada Dimas Aryo Dewanto (kanan) melakukan layup dan berupaya dihalau Sandy Febiansyakh dari CLS Knights Surabaya di GOR Bimasakti, Malang (17/11). (Foto: Farid Fandi/Jawa Pos)
nblindonesia.com - 18/11/2013
Hantu PJ Masih Gentayangan
Tidak Konsisten, CLS Kembali Takluk
KIM Dong-won duduk sendirian di depan kamar ganti CLS Knights Surabaya. Matanya menyiratkan kekecewaan. Dia seakan tidak percaya CLS, timnya, yang begitu perkasa sehari sebelumnya tampil sangat jelek dan dibekap Pelita Jaya (PJ) Energi-MP 54-60 di GOR Bimasakti Malang tadi malam (17/11).

Kekalahan pada hari kedua seri I Speedy NBL Indonesia 2013-2014 menyiratkan bahwa CLS sama sekali bukan tim yang stabil. Hantu PJ yang kerap mengalahkan mereka dalam laga-laga krusial ternyata masih bergentayangan.

''Sehari kami bisa main bagus, seharinya lagi jelek. Tetapi sudah kalah, mau bilang apa lagi,'' ucap Mr. Kim -panggilan Kim Dong-won. ''Waktu persiapan kami memang sedikit. Mario (Wuysang) saja baru bergabung,'' paparnya.

Mr Kim pantas saja galau. Bermain dengan mengusung Korean style yang mengandalkan akurasi tembakan yang baik, CLS justru sangat melempem. Field goal mereka hanya 26 persen. Persentase di bawah 30 persen jelas menunjukkan bahwa sebuah tim memang tampil jeblok dan hampir bisa dipastikan kalah.

Guard Andrie Ekayana yang sehari sebelumnya melawan Garuda Kukar Bandung bermain baik, semalam melempem dengan hanya membukukan satu poin. Sandy Febiansyakh telat panas walau mampu menciptakan 12 angka. Dimaz Muharri dan Mario Wuysang lumayan dengan masing-masing mencetak 14 poin dan 11 angka.

Masalahnya, itu tidak cukup. Sebab, pelatih PJ Nathaniel Canson yang memiliki pengalaman sangat panjang di Indonesia lebih cerdik ketimbang Mr Kim.

Nathaniel Canson lebih memilih untuk bermain dengan satu big man saja sepanjang pertandingan. Tujuannya jelas, yakni untuk menekan CLS dalam defense, transisi, juga kecepatan.

Bermain secepat kijang dan selincah tupai, Dimas Aryo Dewanto mengacak-acak pertahanan CLS untuk membukukan 16 poin. Angka itu sama dengan produksi power forward Ponsianus Nyoman Indrawan yang dominan pada under basket.

Forward veteran Andy ''Batam'' Poedjakesuma menambahkan 14 angka. Itu membuktikan bahwa pemain muda mana pun sulit menyamai level senior berusia 33 tahun itu.

''Saya sangat terkejut karena kemarin malam (16/11) CLS bermain sangat luar biasa melawan tim kuat. Seolah tidak ada tim yang bisa mengalahkan mereka,'' ucap Coach Nath -panggilan Nathaniel Canson.

''Saya mengatakan kepada pemain agar bermain lebih baik lagi. Sebab, CLS memang lebih baik. Ada Mario (Wuysang) di sana. Kami menang karena bermain bagus dalam defense,'' ujar pelatih asal Filipina itu.

Kemenangan tersebut membuat Pelita Jaya berpeluang besar menyapu bersih semua kemenangan di seri I. Sebab, dari jadwal yang ada, PJ di atas kertas mampu mengambil empat kemenangan sisa melawan NSH GMC Jakarta, JNE BSC Bandung Utama, Hangtuah Sumsel IM, dan Bimasakti Nikko Steel Malang. ''Ya, (sapu bersih) itu menjadi target kami,'' tandas Coach Nath. (nur/c4/ham)

Mengapa CLS Kalah?

Pelita Jaya Energi-MP masih menjadi momok terbesar bagi CLS Knights Surabaya. Apa saja yang membuat CLS bertekuk lutut meski tampil sebagai tim ''baru''. Berikut beberapa faktornya.

1. Bigman Kalah

Strategi PJ cukup simpel. Hajar saja paint area. Ini sangat efektif untuk mendulang poin pada awal laga. Forward PJ Ponsianus Nyoman Indrawan tampil sangat baik. PJ memproduksi 30 poin dari bawah basket, setengah dari CLS.

2. Akurasi Jeblok

Dalam gaya basket Korea Selatan, akurasi tembakan menjadi tulang punggung utama. CLS jelas tidak punya harapan menang karena field goal-nya jeblok, hanya 26 persen.

3. Kecepatan

CLS memang tim yang cepat. Tetapi, PJ memiliki pemain yang sangat cepat dalam diri Dimas Aryo Dewanto dan Robert Santo Yunarto. Beberapa kali Robert mudah saja melewati point guard berusia 34 tahun Mario Wuysang, baik untuk melakukan assist maupun mencetak poin.

4. Keok pada Gertakan Awal

Pelita Jaya langsung memimpin 11-1 pada tengah kuarter pertama. Gertakan awal cukup mampu membuat CLS langsung down. Buktinya, sepanjang laga CLS tidak pernah sekali pun unggul.

5. Pelita Jaya Memang Konsisten

Susah mengalahkan tim dengan konsistensi mengagumkan seperti Pelita Jaya. Dalam kondisi tertekan sekalipun, pemain seperti Andy ''Batam'' Poedjakesuma masih mampu mengangkat timnya.

6. Bench CLS Dangkal

CLS hanya mengandalkan dengan penuh tujuh hingga delapan pemain sejak preseason tournament. Ini sangat riskan karena pertandingan musim reguler akan berlangsung 33 kali. PJ bisa memukul CLS karena rotasi yang dilakukan Coach Nath lebih bagus. (nur/c17/ham)
Story Provided by Jawa Pos

Tidak ada komentar:

Posting Komentar