Selasa, 28 Januari 2014



DEBUTAN: Agustin Elya Gradita Retong point guard Tomang Sakti saat berlaga melawan Sahabat Semarang dalam Speedy WNBL Indonesia 2013-2014 di Hall A Basket Senayan. (Foto: Hendra Eka / Jawa Pos)
wnblindonesia.com - 15/01/2014
[FLASH] Debut Memuaskan, Dita Bantu Kemenangan Tomsak
JAKARTA-Laga hari pembuka Speedy Women’s National Basketball League (WNBL) Indonesia 2013-2014 Seri I Jakarta menjadi momen debut bagi Agustin Elya Gradita Retong.  Rookie potensial milik Tomang Sakti Mighty Bees Jakarta ini tampil memuaskan. Point guard yang akrab disapa Dita ini ikut berkontribusi mengantarkan kemenangan 70-49 atas Sahabat Wisma Sehati Semarang, dalam laga yang berlangsung ketat di Hall A Basket Senayan, Rabu (15/1).
Walau berstatus rookie, Dita langsung mendapat kepercayaan turun sebagai starter. Alumni DBL All-Star 2011 ini tak canggung menjalankan tugas sebagai pengatur serangan. Padahal, starter Tomang Sakti diisi para pemain senior seperti Wulan Ayuningrum, Mariana, dan  Jacklien Ibo.    
Bermain dengan minute play  mencapai 17:38, Dita menjawab kepercayaan dengan sumbangan 8 poin, 3 rebound, dan 2 assist. ”Walau ini adalah debutnya, Dita bermain sesuai ekspektasi kami. Dia juga cukup agresif dalam bertahan. Tenaga muda sepertinya sangat kami butuhkan,” ujar Muflih Farhan, asisten pelatih Tomang Sakti.
Muflih menambahkan, dalam laga itu Dita mendapat tugas utama untuk melayani para mesin poin Tomang Sakti. ”Kalau dia (Dita) juga berkontribusi mencetak 8 poin, berarti itu bonus darinya,” lanjut Muflih.
Berstatus sebagai juara bertahan, Tomang Sakti sempat kerepotan meladeni perlawanan ngotot Sahabat yang bermaterikan mayoritas pemain muda. Kuarter pertama ditutup dengan keunggulan Sahabat 17-10. Sahabat masih unggul 27-23 hingga akhir kuarter kedua.
Memasuki kuarter ketiga, Sahabat justru melemah. Hal ini dimanfaatkan dengan baik oleh para pemain Tomang Sakti hingga akhirnya menutup laga ini dengan kemenangan.
”Irama permainan kami sudah enak pada kuarter pertama dan kedua. Tapi, ketika irama itu turun sedikit saja, anak-anak tak segera bangkit untuk menstabilkan keadaan,” ujar Xaverius Wiwid, head coach Sahabat. ” Inilah risikonya karena tim kami bermaterikan pemain yang usianya masih merata. Tidak ada sosok dengan leadership kuat untuk memimpin tim kami,” tandasnya. (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar