Senin, 22 Oktober 2012

Aku, mengerti kamu.

Maaf, jika aku masih sulit mengertimu. bukan karena aku sendiri yang membuat keadaan semakin rumit,  aku mohon besar pengertianmu. karena aku sudah terjajah akan rindu ini.

A: Tapi kenapa kau selalu mendahulukan kesalmu? Aku tahu kau sibuk dan butuh waktu banyak, tapi bagaimana denganku? Kau mau aku tak ada? Jujur aku terluka, jujur aku menangis, tapi kau seperti tak mau tahu. Lalu kau tiba-tiba menyalahkanku? Aku harus apa? Kau membuatku enggan untuk berkata aku rindu, enggan untuk berkata aku butuh kamu. Kau tahu itu? Aku harus selalu mengalah? Aku lelah. Jujur aku lelah akan kesibukanmu yang mengubahmu.
B: Bukan tujuanku akan kesibukanku ini dan membuatmu mengalah, lain kali kalo kamu merindukanku, carilah kesibukan. Bukankah waktu yang ada di sela kesibukanku kuberi untukmu, aku mohon kau mengerti, aku sibuk dan aku pasti bagi untukmu. Janganlah kau pancing emosimu untuk merusak keadaan yang sudah rusak karena jarak.
A: Lalu? apa lagi kau salahkan aku terus, aku kurang peka, mengerti rindumu, aku terlalu sibuk. terus-menerus itu alasanmu.
B: Sudahlah, aku tak ingin kita ribut, aku ingin baik-baik saja. sekarang aku sudah ada, dan jangan pergunakan waktu luangku untuk berantem.
A: Terserah padamu, aku lelah. Jujur. 
A: Atas dasar apa kau menyuruhku sibuk untuk melupakan rinduku? Mana mungkin aku seperti itu? Aku tak sepertimu.
B: Kalau terserah aku, mana mungkin aku meladeni amarahmu ini yang sudah menjajahi rasa rindumu. Aku menyuruhmu sibuk, agar kau tau bagaimana merindu dalam diam, diam bukan berarti tak peduli ya. ingat!
A: Lalu aku harus apa? Harus sepertimu? Jauh dari ponsel? Jauh darimu? Kau bisa? Kau mau aku melakukannya? Baiklah. 
B: Kau harus apa? tak semestinya kau harus sepertiku, cowok kalo cuek memang bawaan, kalau aku peduli aku disangka protektif. Jadi, bukankah kau sudah memahami karakter yang ada padaku. memangnya aku kenal kamu kemarin? enggak kan. Yang harus kau lakukan adalah, bagaimana kau merindukanku, dan bagaimana kau bisa menahannya. sedewasa mungkin. titik.
A: Dewasa bagimu itu diam tak banyak bicara kan? Baiklah. Aku mengenalmu, tapi kau tak seperti yang ku kenal dulu. Berkacalah dan apakah kau bangga bertengkar sesering ini? Sana, aku butuh waktu. Kau senang kan bersama mereka? Kau nampak single, kau senang seperti itu?
B: Aku sudah berkaca, beberapa kali pada diriku sendiri, aku sama seperti dulu. cuma keadaan memang berbeda... Kau tau aku dulu? dulu, mungkin aku tak sesibuk sekarang. dulu, aku masih pelajar sekarang aku kuliah, kerja. kau pahami. Pahami aku, aku kerja. aku ngumupulin uang, suatu saat jika uang itu terkumpul aku menemuimu. coba fikirkan. untuk apa aku sibuk.
A: Seperti itu? Kau dulu bisa membagi waktumu dengan baik. Kenapa? Kau tak suka aku butuh kamu? Kau tak suka jika hanya kau yang bisa tenangkan aku? Kenapa selalu menyalahkanku balik? Kenapa selalu menyudutkanku? Apa sebenarnya yang kau inginkan? Membuatku merasa bersalah? Jahat.
B: Apa? aku jahat? kalau aku jahat, aku sudah di tahanan sayang, berteman dengan tersangka koruptor itu. ah kamu becanda.
A: Aku juga memiliki kesabaran yang terbatas. Tapi entah kau selalu menyalahgunakannya, dan enteng karena aku mudah memaafkan. Aku tak selalu menyudutkanmu, aku hanya ingin, jika waktu luang yang aku punya kita gunakan dengan baik2, seromantis dulu. Aku tak bercanda. Aku lelah. Aku tak mengerti harus berbuat apa lagi.
B: Dan coba fikirkan, untuk apa kau marah-marah, dan kalah oleh rindumu itu. untuk membuat hubungan kita semakin buruk?
A: Dan coba kembali berfikir, kenapa kau selalu menganggap enteng setiap masalah yang hadir?
B: Aku tak selalu menganggap masalah itu enteng, bukan aku diam. tapi aku selalu dihadapi masalah yang itu-itu aja. pahamkan?
A: Itu-itu saja? Dan aku tak berhak lelah? Katamu.
B: Tak seharusnya kau lelah untukku. aku mau kamu, kamu yang dulu. dan dulu, sebegitu harmonisnya kita menerima keadaan kita, dalam hal keadaan yang jelas sama saja seperti sekarang, hanya saja perasaan yang membuat kita semakin berbeda; karena terlalu sayang, terlalu takut kehilangan, dan kau takut aku yang jauh ini berpalingkan? sama sekali aku tak ingin berpaling. dan sekarang kalau aku tetap dan sama saja seperti dulu. jangan ombang-ambingkan kita, hingga menyulitkan kita untuk bertahan. Aku mau, kita seharmonis dulu. Oke, ingat. untuk saat ini, waktu yang aku punya untuk menghubungimu kali ini, kita gunakan untuk berdebat yang tak penting seperti ini. per-cu-ma.  

"Dear girls: sudahkah kau gunakan waktu luangnya untuk mengharmoniskan keadaan, dan tak menuntut semua waktu yang dia punya untukmu saja, seegoiskah dirimu?"
"And dear boys: Sudahkah kau semaksimal mungkin menenangkannya saat dia sudah mulai kalut akan kerinduannya terhadapmu? mengertilah. jangan diam, karena diam sama saja kau memberi kesempatan dia untuk merindukan sosok kamu yang dulu kepada orang lain."

sumber:  http://myldrstory.blogspot.com/2012/10/aku-mengerti-kamu.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar